Powered By Blogger

Minggu, 28 November 2010

Guru dan Kemahiran Profesional

Guru dan Kemahiran Profesional
Konsep Kemahiran Profesional
Kemahiran profesional bermaksud seseorang itu mempunyai kemahiran dan pakar dalam bidang yang diceburinya. Seseorang yang memiliki kemahiran profesional mampu melaksanakan tugasnya tanpa banyak masalah yang timbul. Bagi seseorang yang profesional, dia bukan hanya mahir dalam bidang yang diceburinya, malah juga mempunyai pengetahuan dalam bidang-bidang lain.
Tiga ciri kemahiran profesional guru.
1. Selain daripada memiliki sijil kelayakan kemahiran ikhtisas yang diikhtiraf, guru juga perlu mempunyai ilmu pengetahuan dan kemahiran yang tinggi dalam banyak aspek, bukan sahaja mata pelajaran yang diajarnya.
2. Bertanggungjawab dan memberikan perkhidmatan yang bermutu tinggi.
3. Terlatih dan mahir dalam tugas-tugas mengajar dan membimbing murid-murid.
Tiga bidang ilmu yang diperolehi dari kemahiran belajar melibatkan penggunaan mental
1. Bidang kognitif
2. Bidang afektif
3. Bidang psikomotor
Ciri guru yang menguasai kemahiran profesional berfikir
1. Dapat menggunakan akal untuk menyelesaikan masalah.
2. Mahir dalam penyusunan maklumat, konsep atau idea.
3. Berfikir untuk menghasilkan sesuatu yang baru terutamanya dalam pengajaran.
Peranan guru sebagai pemudahcara
1. Memberi bimbingan, motivasi dan menggerakkan murid-murid dalam kelasnya agar menjalankan serta mengikuti aktiviti pembelajaran.
2. Memastikan penggunaan strategi pengajaran berpusatkan murid dan berpusatkan bahan belajar.
Kemahiran menggurus bilik darjah oleh guru.
1. Pengurusan rutin bilik darjah
• Kemahiran tersebut termasuklah menanda jadual kedatangan murid setiap hari persekolahan, mengutip yuran yang dikenakan kepada murid-murid, menyemak keadaan fizikal bilik darjah dan sebagainya.
2. Pengurusan peraturan-peraturan bilik darjah
• Guru harus menyediakan dan mengurus peraturan-peraturan yang perlu ada di dalam bilik darjah. Kita juga harus memastikan murid-murid mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan itu.
• Memberi ganjaran atau hukuman yang setimpal sekiranya murid-murid melanggar peraturan juga merupakan salah satu kemahiran yang perlu dalam kemahiran mengurus peraturan-peraturan bilik darjah.
Penggunaan komputer dalam pendidikan.
Tiga bidang komputer dalam konteks pendidikan ialah:
1. Komputer Membantu Pendidikan (CAE)
• Iaitu penggunaan sistem komputer yang akan digunakan oleh guru sebagai bahan bantu mengajar semasa proses pengajaran serta membantu mencapai objektif pelajaran.
2. Komputer Membantu Pengajaran (CAI)
• Merupakan penggunaan teknologi dan sistem komputer dalam proses pengajaran. Aplikasi komputer digunakan oleh pelajar terutamanya ketika mengikuti pelajaran terancang atau penggunaan modul-modul pengajaran.
3. Komputer mengurus pengajaran (CMI)
• Penggunaan teknologi dan sistem komputer bagi tujuan mengumpul maklumat data dan menganalisis serta menilai keberkesanan pengajaran di bilik darjah.
Dua kemahiran profesional yang perlu dikuasai oleh guru untuk meningkatkan mutu perkhidmatan.
1. Kemahiran Belajar
• Guru hendaklah sentiasa berusaha melengkapkan diri dengan mengemaskini ilmu pengetahuan dan kemahiran dari semasa ke semasa.
• Oleh yang demikian, guru haruslah mempunyai kemahiran belajar agar dapat menerima ilmu pengetahuan dengan sempurna. Sekiranya seseorang itu telah memiliki pelbagai kemahiran dan pengetahuan hasil daripada pembelajarannya, maka dia akan dapat menyampaikan ilmu tersebut kepada orang lain khususnya murid-murid.
2. Kemahiran Merancang
Guru yang mempunyai kemahiran merancang sebelum melaksanakan pengajaran akan berupaya memilih bahan-bahan pengajaran yang sesuai, memilih strategi dan kaedah mengajar serta dapat merancang aktiviti pengajaran yang sistematik.
Sekiranya guru dapat merancang pengajarannya dengan baik, ini akan menjamin keberkesanan pengajaran tersebut dan seterusnya meningkatkan mutu perkhidmatannya.
Related posts:
1. Guru dan Alam Pendidikan
2. Pekerjaan Yang Dianggap Profesional
3. Anugerah Guru Inovatif 2009
4. Klip Guru Inovatif Pitas 2009
5. Isu-Isu Pendidikan di Malaysia
6. Perbezaan Individu
7. Selamat Menyambut Hari Guru 2010
8. KPM Berikan Kemudahan Cuti Guru 2 Sabtu Sebulan
9. Personaliti Unggul Nabi Teladan Untuk Guru
10. Stress di Kalangan Guru
http://kulanzsalleh.com/guru-dan-kemahiran-profesional/


Menjadi Guru Profesional
Oct 18, '08 12:06 AM
for everyone

Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Profesional (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti.

Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan skil atau keahliannya.

Menjadi profesional adalah tuntutan setiap profesi, seperti dokter, insinyur, pilot, ataupun profesi yang telah familiar ditengah masyarakat. Akan tetapi guru...? Sudahkan menjadi profesi dengan kriteria diatas. Guru jelas sebuah profesi. Akan tetapi sudahkah ada sebuah profesi yang profesional...? Minimal menjadi guru harus memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode keprofesian. Apabila keahlian tersebut tidak dimiliki, maka tidak dapat disebut guru. Artinya tidak sembarangan orang bisa menjadi guru.

Namun pada kenyataanya, banyak ditemui menjadi guru seperti pilihan profesi terakhir. Kurang bonafide, kalau sudah mentok tidak ada pekerjaan lain atau sebuah status sosial yang lekat dengan kemarginalan, gaji kecil, tidak sejahtera malah dibawah garis kemisikinan. Bahkan guru ada yang dipilih asal comot yang penting ada yang mengajar. Padahal guru adalah operator sebuah kurikulum pendidikan.Ujung tombak pejuang pengentas kebodohan. Bahkan guru adalah mata rantai dan pilar peradaban dan benang merah bagi proses perubahan dan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa.

Mengingat guru adalah profesi yang sangat idealis, pertanyaannya adakah guru profesional itu...? Dan bagaimana melahirkan sosok guru yang profesional tersebut...?

Guru Profesional
Kalau mengacu pada konsep di atas, menjadi profesional adalah meramu kualitas dengan intergiritas, menjadi guru pforesional adalah keniscayaan. Namun demikian, profesi guru juga sangat lekat dengan peran yang psikologis, humannis bahkan identik dengan citra kemanusiaan. Karena ibarat sebuah laboratorium, seorang guru seperti ilmuwan yang sedang bereksperimen terhadap nasib anak manusia dan juga suatu bangsa.Ada beberapa kriteria untuk menjadi guru profesional.

Memiliki skill/keahlian dalam mendidik atau mengajar

Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas, untuk menjadi guru seperti yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah:
• Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
• Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
• Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau metodelogi pembelajaran
• Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
• Kemampuan mengorganisir dan problem solving
• Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik
Personaliti Guru

Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina, mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan yang akan ditiru oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut tergantung dari contonya. Guru (digugu dan ditiru) otomatis menjadi teladan. Melihat peran tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa guru harus memiliki integritas dan personaliti yang baik dan benar. Hal ini sangat mendasar, karena tugas guru bukan hanya mengajar (transfer knowledge) tetapi juga menanamkan nilai - nilai dasar dari bangun karakter atau akhlak anak.

Memposisikan profesi guru sebagai The High Class Profesi

Di negeri ini sudah menjadi realitas umum guru bukan menjadi profesi yang berkelas baik secara sosial maupun ekonomi. Hal yang biasa, apabila menjadi Teller di sebuah Bank, lebih terlihat high class dibandingkan guru. jika ingin menposisikan profesi guru setara dengan profesi lainnya, mulai di blow up bahwa profesi guru strata atau derajat yang tinggi dan dihormati dalam masyarakat. Karena mengingat begitu fundamental peran guru bagi proses perubahan dan perbaikan di masyarakat.

Mungkin kita perlu berguru dari sebuah negara yang pernah porak poranda akibat perang. Namun kini telah menjelma menjadi negara maju yang memiliki tingkat kemajuan ekonomi dan teknologi yang sangat tinggi. Jepang merupakan contoh bijak untuk kita tiru. Setelah Jepang kalah dalam perang dunia kedua, dengan dibom atom dua kota besarnya, Hirohima dan Nagasaki, Jepang menghadapi masa krisis dan kritis kehidupan berbangsa dan bernegara yang sangat parah. Namun ditengah kehancuran akibat perang, ditengah ribuan orang tewas dan porandanya infrastruktur negaranya, Jepang berpikir cerdas untuk memulai dan keluar dari kehancuran perang. Jepang hanya butuh satu keyakinan, untuk bangkit. Berapa guru yang masih hidup...?

Hasilnya setelah berpuluh tahun berikut, semua orang terkesima dengan kemajuan yang dicapai Jepang. Dan tidak bisa dipungkiri, semua perubahan dan kemajuan yang dicapai, ada dibalik sosok Guru yang begitu dihormati dinegeri tersebut.

Kini, lihatlah Indonesia, negara yang sangat kurang respek dengan posisi guru. Negara yang kurang peduli dengan nasib guru. Kini lihatlah hasilnya. Apabila mengacu pada Human Index Development (HDI), Indonesia menjadi negara dengan kualias SDM yang memprihatinkan. Berdasarkan HDI tahun 2007, Indonesia berada diperingkat 107 dunia dari 177 negara. Bila dibandingkan dengan negara sekitar, tingkat HDI Indonesia jauh tertinggal.Contoh Malaysia berada diperingkat 63, Thailand 78, dan Singapura 25. Indonesia hanya lebih baik dari Papua Nugini dan Timor Leste yang berada diposisi 145 dan 150.

HDI merupakan potret tahunan untuk melihat perkembangan manusia di suatu negara. HDI adalah kumpulan penilaian dari 3 kategori, yakni kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Menjadi jelaslah bahwa, sudah saatnya Indonesia menjadikan sektor pendidikan sebagai prioritas utama dalam program pembangunan. Apabilah hal ini tidak dibenahi, bukan hal mustahil daya saing dan kualitas manusia Indonesia akan lebih rendah dari negara yang baru saja merdeka seperti Vietnam atau Timor Leste.

Program Profesionalisme Guru
• Pola rekruitmen yang berstandar dan selektif
• Pelatihan yang terpadu, berjenjang dan berkesinambungan (long life eduction)
• Penyetaraan pendidikan dan membuat standarisasi mimimum pendidikan
• Pengembangan diri dan motivasi riset
• Pengayaan kreatifitas untuk menjadi guru karya (Guru yang bisa menjadi guru)
Peran Manajeman Sekolah
• Fasilitator program Pelatihan dan Pengembangan profesi
• Menciptakan jenjang karir yang fair dan terbuka
• Membangun manajemen dan sistem ketenagaan yang baku
• Membangun sistem kesejahteraan guru berbasis prestasi

Pengertian Karangan Narasi

Narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman nmanusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu (Semi, 2003:29).

Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi (Keraf, 2000:136). Dari dua pengertian yang diungkapkan oleh Atarsemi dan Keraf. Dapat kita ketahui bahwa narasi berusaha menjawab sebuah proses yang terjadi tentang pengalaman atau peristiwa manusia dan dijelaskan dengan rinci berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.

Narasi adalah suati karangan yang biasanya dihubung0hubungkan dengan cerita. Oleh sebab itu sebuah karangan narasi atau paragraf narasinya hanya kita temukan dalam novel. Cerpen, atau hikayat (Zaenal Arifin dan Amran Tasai, 2002:130). Narasi adalah karangan kisahan yang memaparkan terjadinya sesuatu peristiwa, baik peristiwa kenyataan, maupun peristiwa rekaan (Rusyana, 1982:2).

Dari pendapat- pendapat di atas, dapat diketahui ada beberapa halyang berkaitan dengan narasi. Hal tersebut meliputi: 1.) berbentuk cerita atau kisahan, 2.) menonjolkan pelaku, 3.) menurut perkembangan dari waktu ke waktu, 4.) disusun secara sistematis.

2. Ciri-ciri Karangan Narasi

Menurut Keraf (2000:136)

- Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.

- dirangkai dalam urutan waktu.

- berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?

- ada konfiks.

Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfiks. Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronlogis, ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Semi (2003: 31) sebagai berikut:

- Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.

- Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.

- Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.

- Memiliki nilai estetika.

- Menekankan susunan secara kronologis.

Ciri yang dikemikakan Keraf memiliki persamaan dengan Atar Semi, bahwa narasi memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau dari waktu ke waktu dan memiliki konfiks. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri yang menonjolkan pelaku.

3. Tujuan menulis karangan narasi secara fundamental yaitu:

1.) Hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan,

2.) memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.

4. Langkah-langkah menulis karangan narasi

1.) Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan

2.) tetapkan sasaran pembaca kita

3.) rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur

4.) bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita

5.) Rincian peristia-peristiwa uatama ke dalam detail-detail peristiwasebagai pendukung cerita

6.) susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.

5. Jenis-jenis Karangan Narasi

a. Narasi Ekspositorik (Narasi Teknis)


Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya, satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atay sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositprik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsursugestif atau bersifat objektif.

b. Narasi Sugestif

Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/03/karangan-narasi-dengan-segala-macamnya.html

Narasi
Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.
Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
Pola narasi secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan awal – tengah – akhir.
• Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
• Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
• Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Oleh karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1 H, yang dapat disingkat menjadi adik simba.[rujukan?]
1. (What) Apa yang akan diceritakan,
2. (Where) Di mana seting/lokasi ceritanya,
3. (When) Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
4. (Who) Siapa pelaku ceritanya,
5. (Why) Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan
6. (How) Bagaimana cerita itu dipaparkan.
[sunting] Contoh
Contoh narasi berisi fakta:
Ir. Soekarno
Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah.
Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.
Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949.
Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno bersama pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara nonblok pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang.
Contoh narasi fiksi:
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa.
Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?
Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.
[sunting]
http://id.wikipedia.org/wiki/Karangan

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN MENGGUNAKAN GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS VI SD GULANG 1 KECAMATAN MEJOBO KABUPATEN KUDUS
Dwiningsih, Efna (2008) KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN MENGGUNAKAN GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS VI SD GULANG 1 KECAMATAN MEJOBO KABUPATEN KUDUS. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

PDF
Restricted to Repository staff only
447Kb
Image view: http://viewer.eprints.ums.ac.id/archive/etd/126
Abstract
Paragraf naratif dengan menggunakan gambar berseri dapat membantu siswa dapat mengembangkan imajinasinya dalam menyusun sebuah cerita sesuai dengan gambar yang digunakan dalam pengajaran menulis tersebut. Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui kamampuan siswa mengemas peristiwa ke dalam paragraf naratif berdasarkan gambar berseri; (2) untuk mengetahui kamampuan siswa menyusun paragraf naratif berdasarkan urutan gambar berseri; (3) untuk mengetahui kamampuan siswa mengembangkan dialog ke dalam paragraf naratif berdasarkan gambar berseri. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif yang datanya bersumber dari karangan siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah tes subyektif. Dalam tes ini siswa diberikan sebuah gambar berseri yang terdiri dari empat buah gambar. Selanjutnya siswa diminta untuk menyusun ke dalam paragraf naratif berdasarkan gambar tersebut. Teknik pengumpulan data juga menggunakan teknik simak dan teknik catat. Teknik simak adalah menyimak penggunaan bahasa. Teknik catat adalah pencatatan terhadap data dan dilanjutkan dengan klasifikasi kata-kata dengan alat tulis tertentu. Teknik analisis data yang digunakan yakni teknik padan dan teknik pilah penentu sebagai pembeda referen. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang berjudul ”Kemampuan Menulis Paragraf Naratif Dengan Menggunakan Gambar Berseri Pada Siswa Kelas VI SD Gulang 1 Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus”: (1) berdasarkan kemampuan siswa mengemas peristiwa ke dalam paragraf naratif dapat disimpulkan bahwa keseluruhan siswa dalam memberikan informasi terhadap gambar berseri memunculkan peristiwa pada paragraf pertama dan paragraf kedua. Pada paragraf tersebut menyebutkan penyebab peristiwa sampai akibat yang ditimbulkan dari paragraf tersebut; (2) berdasarkan kemampuan siswa menyusun paragraf naratif dengan urutan gambar berseri dapat disimpulkan bahwa siswa mempunyai beragam pola urutan meliputi: (a) pola urutan 1 – 2 – 3 – 4, (b) pola urutan 1 dan 2 – 3 – 4, (c) pola urutan 1 – 2 dan 3 – 4; (3) berdasarkan kemampuan siswa mengembangkan dialog ke dalam paragraf naratif dapat disimpulkan bahwa dialog yang dimunculkan adalah jawaban yang bersifat langsung.
Item Type: Karya Ilmiah (Skripsi)
ID Number: A310030085
Additional Information: RAK A310-080
Uncontrolled Keywords: Paragraf, naratif, gambar berseri
Subjects: P Language and Literature > P Philology. Linguistics

Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

ID Code: 126
Deposited By: Ari Fatmawati
Deposited On: 15 Jul 2008 12:09
Last Modified: 17 Nov 2010 20:42
http://etd.eprints.ums.ac.id/126/

contoh narasi
Ketika bangun pada hari Senin pagi, aku sangat terkejut karena melihat jam di kamar telah menunjukkan pukul 06.30 WIB. Aku langsung bangun dan menuju ke kamar mandi. Sampai di kamar mandi tiba-tiba aku terpeleset dan hampir saja mencederaiku.
Setelah mandi, aku berpakaian sekolah, sarapan pagi lalu berangkat sekolah dengan menggunakan sepeda motor. Sesampainya di sekolah kulihat tasku untuk mengambil topi. Betapa terkejutnya aku, ternyata topiku tidak ada di dalam tas. Karena hari itu hari senin (ada upacara bendera) aku pulang ke rumah untuk mengambil topi. Selesai mengambil topi aku kembali lagi ke sekolah dengan menaiki sepeda motor. Tiba-tiba di jalan motorku mogok, setelah diperiksa ternyata bensinnya habis. Terpaksa kudorong motor untuk mencari tempat penjualan bensin eceran. Untunglah tempat penjualan bensin itu tidak jauh. Aku membeli satu liter bensin dan langsung tancap gas menuju ke sekolah.
Setibanya di sekolah ternyata murid-murid sudah berkumpul di lapangan. Upacara hampir saja dimulai. Aku pun tergesa-gesa berlari menuju ke lapangan upacara. Ketika upacara dimulai kepala sekolah langsung memberi pengarahan tentang tata tertib sekolah. Tiba-tiba datanglah seorang guru untuk memeriksa kerapian murid-muridnya, dan sialnya rambutku dinilai panjang oleh guru. Dengan leluasa serta tak kuasa kumenolak gunting yang ada digengaman guru mencabik-cabik rambutku.
Dengan rambutku yang tak karuan, aku langsung masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Rupaya pelajaran tersebut mempunyai pekerjaan rumah (PR) dan aku lupa mengerjakan tugas tersebut lalu dihukum oleh guru untuk membuat tugas itu sebanyak tiga kali.
Aku langsung mengerjakan tugas itu. Sebelum aku mengerjakannya jam pelajaran pun habis lalu aku disuruh menulis beberapa kali lipat lagi oleh guru. Ketika sedang mengerjakan tugas itu, teman-teman ribut di kelas karena jam pelajarannya kosong. Dengan senangnya teman-teman pun bermain di kelas sehingga aku pun merasa terganggu. Aku menegurnya supaya tidak ribut lagi, ternyata mereka tidak senang dan tidak terima atas teguranku. Temanku tadi langsung merobek tugas yang sedang kubuat. Aku merasa kesal dan tanpa basa-basi lagi aku langsung menghajarnya sehingga terjadilah perkelahian. Kemudian kami dipanggil wali kelas ke kantor untuk menyelesaikan masalah tersebut. Aku ceritakan masalah tersebut dan kami pun disuruh untuk bermaaf-maafan. Setelah itu kami disuruh untuk melupakan masalah tersebut, akhirnya lonceng pun berbunyi menandakan pulang sekolah. Kami pun langsung pulang ke rumah. Setibanya di rumah aku merasa senang karena permasalahan tersebut telah selesai. Aku bercerita tentang kejadian-kejadian yang aku alami di sekolah tadi dengan orang tuaku. Orang tuaku pun menasehati agar selalu mengerjakan tugas tersebut dan mentaati peraturan tata tertib yang ada di sekolah.
Ditulis dalam Karya Siswa. Tag: Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa Indonesia, Blog Indonesia, Pendidikan, Pendidikan Indonesia, Pengalaman Pribadi, Siswa, SMP Negeri 2 Banyuasin I, Tata Tertib. 16 Komentar - komentar »
Like
Be the first to like this post.
http://smpn2banyuasin1.wordpress.com/2010/02/04/contoh-karangan-narasi-siswa-sebuah-pengalaman-yang-mengesankan/

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DALAM BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA GAMBAR BERSERI
by: Nur Arifah Drajati

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang diujikan baik di tingkat nasional maupun internasional. Tujuan dari pengajaran Bahasa Inggris di tingkat SMA adalah mempersiapkan anak didik untuk melanjutkan pendidikannya di universitas dimana mereka akan mendapatkan buku-buku referensi berbahasa Inggris, penyampaian kuliah dengan Bahasa Inggris dan penugasan penulisan laporan dalam Bahasa Inggris. Dengan pembelajaran Bahasa Inggris yang memadai, mereka diharapkan dapat mengikuti dan mencapai prestasi di bidangnya masing- masing.
Pembelajaran Bahasa Inggris mencakup empat keterampilan berbahasa, yaitu: listening atau menyimak, speaking atau berbicara, reading atau membaca, dan writing atau menulis. Keempat keterampilan berbahasa ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh anak didik untuk mendorong mereka mencapai prestasi disaat mereka duduk di bangku SMA, di bangku kuliah maupun disaat mereka sudah bekerja.
Berdasarkan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang diresmikan tahun 2006, pembelajaran Bahasa Inggris di tingkat SMA ditekankan pada keempat keterampilan berbahasa. Baik ujian di tingkat nasional maupun internasional, anak didik dituntut untuk bisa menguasai keempat keterampilan berbahasa ini. Ujian Nasional mencakup keterampilan menyimak dan membaca. Sedangkan untuk ujian sekolah anak didik melaksanakan ujian berbicara dan menulis. Bagi mereka yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri, mereka harus menguasai TOEFL IBT ataupun ETS (English for Tertiary Studies). Bahkan, beberapa universitas terkemuka di Indonesia sudah mengembangkan tes yang tidak berdasarkan pilihan ganda untuk melihat secara nyata bagaimana gambaran nyata calon mahasiswanya dengan menulis Bahasa Inggris.
Berdasarkan pengamatan penulis, masih banyak siswa yang masih belum bisa menulis narasi dalam Bahasa Inggris dengan baik. Ada yang masih bingung bagaimana memulai untuk menulis, tata bahasa yang campur, tidak sistematis, dan tidak ada kesesuaian antara ide pokok dan kalimat utama atau pendukungnya. Pada kenyataannya, hanya beberapa saja yang bisa lulus tanpa harus mengulang atau menambah jam belajar Bahasa Inggris,terutama kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris sangat minim. Mereka yang bisa kuliah ke luar negeri banyak yang harus mengulang mata kuliah Bahasa Inggris bahkan 2 atau 3 kali semester. Melihat kenyataan tersebut, alangkah bijaksananya jika guru-guru Bahasa Inggris melihat dan mencoba alternatif model pembelajaran yang bisa mengantarkan anak didiknya mencapai hasil yang diharapkan dan mereka dapat mengikuti semua proses belajar dengan menyenangkan. Untuk menyiasati ketidakmampuan menulis, pemerintah telah menyusun kurikulum yang berbasis kompetensi yang disebutkan diatas yaitu KTSP yang diresmikan pada tahun 2006. Salah satu tujuan kurikulum tersebut adalah adanya praktek berbahasa yaitu siswa mampu menulis.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab dari kesulitan siswa dalam menulis adalah dari siswa sendiri dimana mereka jarang menulis dalam Bahasa Inggris dan Guru dimana tidak memfasilitasi siswa dengan model pembelajarannya. Bagaimanapun, guru sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar dan bertanggung jawab dalam pencapaian kemampuan menulis berbahasa Inggris.
Pengajaran pada dasarnya adalah membantu siswa dalam belajar. Adalah benar bahwa tugas siswa adalah belajar dan guru memfasilitasi dalam proses belajar. Fasilitator dapat diartikan bahwa guru membimbing siswa dalam merespon pernyataan dan membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan. Tugas guru juga mendorong siswa untuk berpikir serius dan kreatif dalam menghadapi segala permasalahan belajar.
Model pembelajaran yang baik adalah model yang dapat membuat siswa secara aktif menggali pemecahan masalah yang dihadapi dan dapat membuat siswa mandiri meskipun pembelajaran sudah berakhir. Dengan adanya KTSP, guru direkomendasikan untuk menggunakan model pembelajaran dimana siswa dapat aktif menggunakan keterampilan berkomunikasi dan mensyaratkan guru untuk menjadi seorang inspirator dan fasilitator (Conny Semiawan dan Raka Joni, 1993). Seorang guru bukan hanya sebagai sumber belajar tetapi guru adalah seorang fasilitator yang mengarahkan siswa untuk ikut berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.
Kreatifitas sangat penting dalam proses belajar mengajar dalam Bahasa Inggris. Siswa akan mendapatkan pengetahuan praktis, khususnya keterampilan menulis. Pembelajaran bermakna akan tercapai jika ada peran serta siswa dalam proses belajar mengajar, berkaitan dengan pengalaman mereka dan praktek penggunaan Bahasa Inggris di kehidupan sehari-hari.
Dengan mempertimbangkan masalah dalam pencapaian pembelajaran bermakna, penulis ingin melaksanakan sebuah penelitian tindakan untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi dalam Bahasa Inggris melalui media gambar berseri. Pembelajaran ini menggunakan empat keterampilan berbahasa yang berbasis pada kemampuan menulis. Penulis ingin meneliti apakah model pembelajaran yang digunakan dapat mencapai pembelajaran yang bermakna dalam pembelajaran menulis.
B. Tujuan
Tujuan pengajaran ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang dapat dijadikan acuan bagi pengajaran Bahasa Inggris pada umumnya dan khususnya berkaitan dengan penulisan narasi. Manfaat yang dimaksud adalah:
Tujuan Praktis
1. Penulisan ini diharapkan dapat dijadikan model pembelajaran guna meningkatkan keterampilan berbahasa, khususnya yang berkaitan dengan penulisan narasi dalam Bahasa Inggris.
2. Penulisan ini juga diharapkan dapat dijadikan acuan oleh pengajar keterampilan berbahasa dalam menentukan model pemecahan masalah yang berkaitan dengan pengajaran di kelas, khususnya penulisan narasi.
3. Diharapkan dapat menggugah siswa dalam menulis narasi dengan Bahasa Inggris.
4. Penulisan ini diharapkan pula dapat membuka wawasan siswa pada pengetahuan Bahasa Inggris khususnya tentang penggunaan kosakata, tata bahasa, dan wawasan siswa tentang model pembelajaran dengan gambar berseri.
ACUAN TEORITIS
Definisi yang menjadi acuan dalam penulisan ini meliputi kemampuan menulis, menulis narasi, dan pengajaran melalui gambar berseri.
(a) Hakikat Kemampuan Menulis
(b) Menulis Narasi
(c) Hakikat Pengajaran Menulis dengan Gambar Berseri.
a.Hakikat Kemampuan Menulis
Menulis pada hakikatnya adalah mengarang yakni memberi bentuk kepada segala sesuatu yang dipikirkan, dan melalui pikiran , segala sesuatu yang dirasakan , berupa rangkaian kata, khususnya kata tertulis yang disusun sebaik-baiknya sehingga dapat dipahami dan dipetik manfaatnya dengan mudah oleh orang yang membacanya. Penulis biasanya menuangkan apa yang ada di pikirannya dengan melibatkan perhatian para pembacanya.
Menurut Sokolik (2003) dalam Linse and Nunan (2006), menulis adalah kombinasi antara proses dan produk. Prosesnya yaitu pada saat mengumpulkan ide-ide sehingga tercipta tulisan yang dapat terbaca oleh para pembaca yang merupakan produk dari kegiatan yang dilakukan oleh penulis.
Kemampuan menulis menuntut seorang penulis untuk mampu menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan. Kemampuan menulis mencakup berbagai kemampuan, misalnya kemampuan memahami apa yang akan dikomunikasikan, penggunaan unsure-unsur bahasa, kemampuan mengorganisasi wacana dalam bentuk karangan, dan juga pemilihan gaya bahasa yang tepat.
Ada 4 jenis tulisan menurut Gillie, Susan, dan Mumford (1996), yaitu deskripsi, narasi, ekposisi dan persuasi. Deskripsi adalah penulisan dengan penggambaran obyek dengan memanfaatkan lima panca indera, yaitu penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan rasa. Fokus penulisan tergantung pada hal panca indera mana, umur pembaca dan emosi pembaca yang akan ditunjukkan kepada pembaca. Narasi adalah bercerita. Penulisan ini digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan, melestarikan sejarah dan juga untuk menghibur pembaca. Sedangkan eksposisi adalah penulisan untuk untuk menjelaskan suatu proses atau ide-ide. Dalam penulisan ini dibutuhkan hal yang rinci tentang suatu proses ataupun penjelasan dari suatu definisi. Jenis tulisan yang keempat adalah persuasi. Jenis tulisan ini berisi untuk membujuk seseorang untuk melakukan sesuatu.
Dalam proses menulis, penekanan terletak pada keseimbangan antara proses dan produk. Produk merupakan tujuan penulis dan juga merupakan alasan melalui proses pra-menulis, konsep revisi, dan tahap editing (H. Douglas Brown, 1994:344). Dengan mengikuti langkah-langkah yang jelas siswa diharapkan dapat menghasilkan tulisan yang berkualitas. Seiring pendapat dengan Brown, Joy M. Reid (1988), kegiatan menulis merupakan suatu proses dimana harus melalui beberapa tahap yaitu tahap pra penulisan, tahap penulisan, tahap perbaikan, dan tahap editing. Tahap pra penulisan adalah tahap berpikir sebelum menuliskan sesuatu. Tahap ini meliputi memahami alasan menulis, pemilihan subyek yang diminati, memperdalam subyek sehingga mendekati hal yang benar-benar diinginkan Setelah memperdalam subyek, penulis mengumpulkan ide-ide. Satu hal dalam tahap ini adalah perlu dipertimbangkannya calon pembaca yang akan membaca tulisan tersebut. Calon pembaca adalah suatu konsep yang penting untuk dapat memprediksi siapa pembaca tulisannya nanti. Untuk dapat berkomunikasi melalui tulisan, penulis harus memahami untuk siswa, anak laki-laki, anak perempuan, untuk orang tua atau bahkan tulisan tersebut adalah untuk ilmuwan. Dengan memahami calon pembacanya, penulis akan memutuskan pola bahasa yang akan digunakan dalam tulisannya sehingga pembacanya akan mudah memahaminya.
Tahap yang kedua adalah tahap penulisan dimana penulis mulai untuk mengorganisasi semua ide-ide yang ada kedalam kesatuan tulisan yang saling berkaitan. Ada tiga hal yang dilakukan dalam tahap ini, yaitu memulai dan mengakhiri tulisan dengan jelas, menuliskan suatu pernyataan atau suatu pendapat dengan jelas, dan menuliskan kalimat-kalimat dengan lancar dimana unsur koherensi dan kohesi antar paragraf harus diperhatikan. Dengan melakukan tiga hal tersebut diharapkan tulisan yang dihasilkan akan dapat menjelaskan sesuatu kepada para pembacanya. Tulisan yang berkualitas juga memiliki arti bahwa tulisan tersebut menggunakan pola pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Pendahuluan dimulai dengan tulisan yang menarik pembaca untuk mau membaca. Pendahuluan ini bertujuan untuk memberikan ide pokok kepada pembaca sehingga mereka lebih mudah dalam memahami suatu tulisan. Untuk bagian isi dari suatu tulisan bertujuan untuk menyatakan topik yang ingin disampaikan oleh penulis yang disertai dengan contoh dan gambaran dari topik tulisan tersebut. Bagian terakhir dari suatu tulisan adalah kesimpulan. Bagian ini adalah menyimpulkan hal-hal yang telah ditulis di bagian pendahuluan dan isi dengan tanpa ada pengulangan kalimat yang sama. Selain itu, di bagian ini juga berisi tentang saran-saran dan perkiraan-perkiraan yang ingin disampaikan oleh penulis. Di bagian akhir ini, penulis memiliki kesempatan untuk mengecek kembali tulisannya.
Tahap ketiga adalah tahap perbaikan. Pada tahap ini seorang penulis dapat memberikan tambahan-tambahan berupa ide dan hal-hal yang spesifik. Selain itu, penulis dapat menggunakan fakta-fakta, gambaran fisik, dan pengalaman yang dapat meningkatkan ide pokok. Disinilah penulis berkesempatan untuk berpikir bagaimana membuat tulisannya lebih menarik pembaca untuk membaca. Di dalam tahap ini pula, penulis dapat mengecek ulang apakah sudah tercapai tujuan dari suatu tulisan yang akan disampaikan oleh pembaca dengan contoh-contoh yang telah diberikan. Pada tahap perbaikan ini, seorang penulis dapat melakukan sendiri ataupun dengan rekan sejawatnya atau teman. Untuk perbaikan dengan rekan sejawat akan lebih efektif karena teman sejawat atau teman adalah orang lain atau bisa disebut dengan pembaca dari tulisan tersebut. Meskipun demikian bukan berarti semua masukan atau saran dari teman tersebut harus dilaksanakan, tetapi dapat dipertimbangkan bagi sempurnanya suatu tulisan.
Untuk tahap yang terakhir dari suatu tahap penulisan yaitu tahap keempat yang disebut dengan tahap editing, seorang penulis dapat membaca kembali, mengubah dan memperkuat tulisannya dengan mempertimbangkan kebutuhan dari calon pembacanya dan mempertimbangkan tujuan dari penulisan tersebut. Selain dua pertimbangan diatas, penulis juga dapat mengecek tata bahasa dengan mengurangi kesalahan tata bahasa, kosa kata maupun kesalahan susunan kalimat.
b. Menulis Narasi
Jenis tulisan yang menjadi acuan penulis dalam mengembangkan tulisannya, yaitu wacana narasi, Menurut Jeri, Susan, Heidy (1996: 99), narasi adalah mengarang atau menceritakan kembali. Jenis tulisan ini digunakan setiap hari untuk menjelaskan kegiatan, yang sedang terjadi maupun yang sudah berlalu, dan tujuan dari penulisan narasi adalah untuk menghibur pembacanya.
Dalam memulai menulis narasi, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu menetapkan calon pembaca tulisan narasi dan menetapkan tujuan dari penulisan narasi tersebut. Penetapan calon pembaca sangat penting untuk menetapkan pola bahasa yang akan digunakan dalam menulis narasi. Menulis narasi untuk anak-anak akan sangat berbeda dengan menulis narasi untuk remaja. Demikian juga menulis narasi untuk orang dewasa umum akan berbeda dengan menulis narasi untuk kalangan ilmuwan. Penetapan tujuan juga sangat penting sebelum menulis narasi yaitu apakah tulisan tersebut mempunyai tujuan menceritakan kehidupan sehari-hari, atau mempunyai tujuan untuk menceritakan sejarah, ataukah bertujuan untuk menghibur pembaca. Dengan adanya dua penetapan ini akan memudahkan penulis dalam menulis narasi sehingga akan menghasilkan narasi yang berkualitas.
Untuk menghasilkan tulisan narasi yang berkualitas dan bermutu, menulis narasi adalah menulis kronologi, artinya sangat memperhatikan dimana cerita itu terjadi dan kapan kejadian itu terjadi. Ada empat hal penting dalam penulisan narasi yaitu latar belakang, masalah, puncak masalah, dan penyelesaian. Latar belakang adalah hal-hal yang mendasari penulisan narasi yaitu karakter, tempat, dan waktu. Latar belakang ini akan memudahkan pembaca dalam mengikuti alur cerita. Kemudian terdapat masalah yang akan diselesaikan di akhir cerita. Masalah ini akan memuncak dan penuh dengan kejadian-kejadian yang tidak terduga. Puncak masalah ini kemudian diikuti oleh penyelesaian masalah.
Untuk menarik pembaca, dalam menulis narasi disertai dengan hal-hal yang detail, baik karakter yang ada dalam cerita, tempat dan waktu kejadian. Selain tiga hal diatas, pola bahasa sebaiknya juga diperhatikan. Kalimat langsung dan tidak langsung (reported speech) sering digunakan dalam penulisan narasi ini. Dengan pola ini, pembaca akan dibawa penulis seolah-olah berada dalam cerita tersebut. Selain struktur kalimat diatas, kata penghubung banyak digunakan dalam menulis narasi untuk menggambarkan kejadian-kejadian yang terjadi. Kata penghubung yang sering digunakan misalnya first, then, next, later, afterwards, dan finally. Kata-kata tersebut adalah untuk memberikan tanda tentang kronologi cerita.
C. Hakeket Pengajaran Menulis dengan Media Gambar Berseri
Pengajaran pada hakekatnya adalah guru dan peserta didik saling menjelajahi bagaimana dapat berkomunikasi dalam pembelajaran. Guru memfasilitasi siswa dalam belajar dan siswa belajar sehingga mendapatkan hasil yang optimal dan berkualitas. Ada 3 prinsip pengajaran yang bahasa yang diutarakan oleh Nunan (2003 : 9-11) bahwa pengajaran yang baik adalah pertama, pengajaran yang berpusat kepada peserta didik dimana pendidik melibatkan peserta didik ke dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh adalah pendidik membuat tujuan pembelajaran yang jelas kepada peserta didik, membantu peserta didik dalam mencapai tujuan belajar, dan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berkreasi dengan penyelesaian tugas-tugas sekolah yang telah diberikan. Kedua, meningkatkan pengajaran bagi peserta didik. Hal ini berarti pendidik harus selalu mencoba hal-hal yang baru, menyimpan hasil belajar dan pembelajaran siswa, dan mengamati cara mengajar. Prinsip ketiga adalah membuat pembelajaran yang menarik yang berdasar pada tugas-tugas yang berkesinambungan. Hal ini berkaitan dengan hasil belajar yang diperoleh siswa disertai dengan memberikan feedback kepada peserta didik.
Demikian juga pengajaran menulis. Ada 4 hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik. Hal ini dikemukakan oleh Nunan (2003:92-95). Pertama adalah pendidik memahami alasan-alasan yang dikemukakan oleh peserta didik. Hal ini untuk mengurangi kesenjangan tujuan yang terjadi antara pendidik dan peserta didik. Kesenjangan tujuan ini sering terjadi dikarenakan pendidik tidak memahami alasan-alasan yang dikemukakan oleh peserta didik. Kedua, Pendidik sebaiknya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menulis. Pendidik dapat memberikan variasi pengajaran menulis dengan berbagai macam tulisan, sebagai contohnya adalah menulis surat, menulis kesimpulan, menulis puisi ataupun jenis tulisan yang lain yang membuat peserta didik menikmati aktifitas menulis. Prinsip ketiga adalah memberikan umpan baik yang membantu dan bermakna bagi peserta didik. Setiap ulisan yang dihasilkan oleh peserta didik harus diberikan umpan balik yang tidak harus ditulis oleh pendidik itu sendiri tetapi bisa melalui suara yang direkam dalam tape recorder ataupun pendidik dapat memberikan kunci-kunci kesalahan dan peserta didik dapat mengoreksi sendiri hasil tulisannya. Prinsip keempat adalah menentukan klarifikasi nilai yang akan diberlakukan pada hasil tulisan peserta didik. Sering terjadi bahwa pendidik hanya mengoreksi struktur kalimat saja dan tidak menilai unsur yang lain atau bahkan peserta didik tidak tahu mengapa dia dapat 100 dan temannya mendapat 50. Disini, pendidik wajib memberikan informasi kepada peserta didik unsur-unsur bahasa yang digunakan dalam penilaian.
Pengajaran menulis besar kaitannya dengan berbagai model pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar. Ada beberapa model pengajaran menulis seperti dikemukakan oleh Linse dan Nunan (2006), yaitu menulis kelompok, berbicara dan menulis di kotak, pusat menulis, konferensi menulis, penggunaan kata-kata di papan. Dalam menulis kelompok, peserta didik belajar berkelompok dan menulis secara bergantian dan saling mengoreksi satu sama lain. Berbicara dan menulis dalam kotak bertujuan untuk dapat memberikan saran antar peserta didik dengan cara berbicara kemudian menuliskan sesuatu saran kepada peserta didik yang lain. Pusat menulis diadakan oleh guru dalam rangka memberikan tempat bagi peserta didik dengan kreasi menulisnya. Konferensi menulis adalah aktifitas dimana siswa diberikan kebebasan dalam menulis dan juga diberikan kesempatan untuk berbagi dengan temannya dan sekaligus juga diberikan kesempatan untuk mengkritik tulisan temannya dengan cara yang baik dan sopan. Papan kata-kata digunakan oleh guru untuk memberikan kata-kata kunci dalam menulis kalimat.
Pengajaran menulis dengan gambar berseri juga merupakan alternatif pembelajaran yang sangat menarik dan sangat mendidik bagi peserta didik. Hal dikemukakan oleh Davis (1997) bahwa gambar berseri sangat mendidik siswa dan akan mengarahkan mereka menuju perkembangan mental. Hal ini berhubungan dengan daya imaginasi dan kreatifitas siswa dalam menulis suatu cerita. Demikian juga dalam pengajaran. Gambar berseri akan merefleksikan bahasa dan budaya dari cerita yang disampaikan. Selain itu, melalui pengajaran dengan gambar berseri suatu cerita akan menjadi kaya dengan isi dan pengembangan karakter peserta didik.
Gambar berseri merupakan salah satu pengajaran yang menarik dan mendidik. Adapun manfaat dari pengajaran dngan media ini menurut Davis (1997) adalah pendidik dapat mengembangkan keinginan dalam belajar bahasa siswa melalui gambar berseri, memudahkan peserta didik dalam belajar bahasa, memberikan kebermaknaan belajar dengan media autentik dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat memberikan keberagaman dalam belajar bahasa dan unsur-unsur bahasa. Selain itu, dengan media berseri, siswa dapat mempraktikkan bagaimana menggunakan sinonim dan antonym, siswa dapat belajar tentan budaya dari suatu daerah, dapat belajar tentang kalimat langsung dan kalimat tidak langsung, serta dapat mengidentifikasi masalah-masalah sosial, politik, ataupun lingkungan yang terjadi di dunia.
Dalam pengajaran menulis dengan gambar berseri terdapat hal-hal yang dilarang dalam penulisan. Hal ini dikemukakan oleh Comics Magazine Association of America Comics Code, 1989 di Beatty (2004) bahwa baik kata-kata, symbol, ataupun gerakan yang berhubungan dengan cacat fisik, suatu penyakit, kesukuan, hal-hal yang berbau seks, dan kepercayaan, tidak dapat diterima sebagai suatu cerita dari gambar berseri. Demikian juga dengan aksi-aksi yang merusak moral. Pengajaran menulis dengan media gambar berseri diwarnai dengan pendidikan moral dan menghindari tindakan-tindakan amoral.
KEGIATAN
A. Penyusunan Program Pembelajaran
1. Topik : komik/gambar berseri
Tujuan :
1. untuk menggali pendapat siswa tentang kesenangannya atas gambar berseri atau komik.
2. untuk memahami tentang sejarah komik atau gambar berseri.
3. untuk memahami dan menggunakan pronoun.
Waktu : 2 X 45 menit
Kegiatan guru kegiatan siswa

1. guru bertanya komik atau gambar
berseri jenis apa yang mereka suka.

2. guru meminta siswa untuk bertanya dengan temannya tentang hal 2 tentang gambar berseri.

3. guru meminta siswa untuk membaca dalam hati dengan teknik skimming.

4. guru meminta siswa untuk menemukan ide pokok.

5. guru menjelaskan tentang pronoun.

6. guru meminta siswa untuk berlatih tentang penggunaan pronoun.

7. guru bersama siswa mengecek jawaban.


1. Siswa menjawab pertanyaan guru


2. Siswa diskusi tentang gambar berseri dalam bahasa Inggris

3. siswa membaca artikel tentang gambar berseri /komik.

4. siswa mencari ide pokok dari artikel yang dibaca.

5. siswa mendengarkan penjelasan guru.

6. siswa berlatih penggunaan pronoun.


7. siswa dengan guru mengecek jawaban.





2. Topik : komik/gambar berseri
Tujuan :
1. untuk memahami beberapa kosa kata yang berhubungan dengan gambar berseri.
2. untuk memahami tentang narasi atau cerita.
Waktu : 2 X 45 menit

Kegiatan guru kegiatan siswa

1. guru bertanya tentang kosakata yang sering muncul di komik atau gambar berseri.

2. guru menjelaskan kosakata dalam bahasa Inggris yang sering digunakan dalam gambar berseri.

3.guru menjelaskan tentang narasi.

4. guru meminta siswa menulis narasi berdasrkan pengalaman mereka.
1. Siswa menjawab pertanyaan guru


2. Siswa mendengarkan penjelasan guru.



3. Siswa mendengarkan penjelasan guru.


4. siswa berlatih menulis narasi berdasar pengalaman mereka.

3. Topik : Hero
Tujuan :
1. untuk menjelaskan tenses yang berhubungan dengan penulisan narasi.
2. untuk memahami tentang narasi secara detail
Waktu : 6 X 45 menit

Kegiatan guru kegiatan siswa

1. guru meminta siswa untuk membaca contoh-contoh narasi.

2. guru meminta siswa untuk berdiskusi secara kelompok untuk menulis cerita dengan topik hero.

3. guru menjelaskan tentang tenses yang berhubungan dengan narasi.
4. guru meminta siswa untuk membuat plot cerita.

5. guru meminta siswa mengembangkan plot ke bentuk cerita dan dialog.

6. guru memberikan penjelasan bagaimana mengembangkan narasi dengan gambar dan penggunaan komputer untuk membuat cerita lebih hidup dan bermakna.
1. Siswa membaca beberapa contoh narasi.

2. Siswa diskusi tentang cerita dengan topik hero (masing-masing kelompok 4 siswa).


3.siswa mendengarkan penjelasan guru.

4.siswa membuat plot cerita narasi.


5. siswa mengembangkan plot ke bentuk cerita dan dialog.


6. siswa mendengarkan penjelasan guru kemudian mengerjakan instruksi guru untuk mengembangkan narasi dengan gambar berseri dan menggunakan komputer agar cerita menjadi hidup dan bermakna.



B. Penilaian Hasil Pembelajaran
Penilaian hasil pembelajaran berdasarkan proses dan hasil selama siswa melaksanakan kegiatan penulisan narasi dengan media berseri.Adapun aspek dan bobot nilai yang diukur adalah:
1. portofolio (30%): segala hal yang dilakukan siswa selama pembelajaran: plot cerita, cerita (narasi), gambar-gambar asli.
2. aktifitas selama mengerjakan kegiatan penulisan narasi dengan media berseri 6 kali pertemuan (30%) faktor yang dinilai adalah kerjasama dan keaktifan masing-masing siswa.
3. hasil (40%), aspek yang dinilai adalah ketepatan waktu dan kreatifitas penulisan narasi dengan media berseri.
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Pembelajaran
Hasil pembelajaran yang terjadi adalah portofolio siswa dan hasil cerita narasi dalam CD yang akan dipresentasikan siswa di depan guru dan semua siswa. Salah satu hasil kelompok siswa adalah sebagai berikut:
B. Analisis Hasil Pembelajaran
Berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan penulisan narasi dengan media berseri, siswa dapat menghasilkan suatu narasi atau cerita yang menarik dan sangat kreatif, yang kadang-kadang penulis belum pernah membayangkan. Selain hal tersebut, siswa dapat langsung menggunakan teori narasi dan mengaplikasikan dalam suatu cerita berdasarkan imaginasi maupun pengalaman mereka. Penulis juga menanyakan kepada siswa apakah pembelajaran dengan penulisan media berseri efektif dan menyenangkan bagi mereka, siswa menjawab bahwa mereka sangat senang karena dapat mengaplikasikan dalam suatu cerita dengan memanfaatkan teknologi komputer sehingga menghasilkan sesuatu cerita yang lebih menarik.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan pembelajaran terhadap siswa SMA dengan penulisan narasi dalam bahasa Inggris dengan media berseri diperoleh kesimpulan bahwa (1) terdapat peningkatan kemampuan menulis narasi, (2) terdapat peningkatan kemampuan menulis melalui pemakaian kosa kata, tata bahasa, dan struktur kalimat, (3) terdapat peningkatan kreatifitas dalam menulis melalui gambar berseri, dan (4) terdapat peningkatan tanggung jawab dalam kerja kelompok yang masing-masing siswa saling bekerjasama dan memiliki tugas untuk menyelesaikan hasil tulisan secara tepat waktu.
B. Saran
Penulis berharap dengan adanya kegiatan penulisan narasi dengan media berseri dapat dijadikan model pembelajaran kreatif dan inovatif bagi siswa SMA sehingga akan dihasilkan lulusan SMA yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Beatty, Ken, Read and Think, Pearson, Hongkong, 2004.
comics in the classroom.net/
esl-lab.com/research/article.htm
Gillie, Jeri Wyn; Ingle, Susan; Mumford, Heidi, An Integrated Course for Nonnative Speakers of English, Mc Graw Hill, Singapore, 2001.
Linse,Caroline T, Practical English Language Teaching Young Learner, Mc Graw Hill, America, 2006.
Nunan, David, Practical English Language Teaching, Mc Graw Hill,
Singapore, 2003.
Reid, Joy M, The Process of Composition, Prentice Hall, Inc, United States of America, 1988.c
back

SILABUS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN IPA

SILABUS MATA KULIAH
Program Studi : PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Kode Mata Kuliah : 507302
Nama Mata Kuliah : PENGEMBANGAN PENDIDIKAN IPA
Jumlah SKS : 2 SKS
Semester : V
Mata kuliah Prasyarat : Pendidikan IPA SD
Deskripsi Mata Kuliah :
Manusia diciptakan oleh Allah swt untuk memanfaatkan dan memelihara alam ini karena kita bagian dari alam. Maka kita perlu mengenal tubuh kita, tumbuhan, hewan dan lingkungan biotik dan abiotik dan proses alam sekitar kita, Oleh sebab itulah perlu adanya kajian tentang hal itu dan kaitannya dengan komponen alam yang lain. Pada materi pengembangan pendidikan IPA ini akan dipelajari tentang tubuh manusia, tumbuhan, hewan, lingkungan, gaya, energi, sumber daya alam, dan lain-lain, sehingga dengan demikian akan meningkatkan kesejahteraan manusia di muka bumi ini.
STANDAR KOMPETENSI :
Memahami makluk hidup (manusia, tumbuhan, dan hewan), lingkungan dan kejadian alam yang terjadi di dalamnya yang saling mempengaruhi kehidupan di alam ini.

Kompetensi Dasar Indikator Pengalaman Belajar Materi Ajar Waktu
Alat /Bahan/ Sumber Penilaian
Mengenali bagian dan fungsi tubuh manusia dan tumbuhan serta penggolongan hewan
Serta daur hidup makhluk hidup dan hubungan antar makhluk hidup. 1. Mendeskripsikan fungsi rangka dan alat indera manusia
2. Mengetahui bagian tumbuhan serta fungsinya
3. Mengetahui sumber makanan dan penggolongan hewan berdasar makanan
4. Mendeskripsikan macam-macam daur hidup pada makhluk hidup.
5. Menunjukan hubungan antar makhluk hidup dan lingkungannya.
1. Mendeskripsikan fungsi rangka dan fungsi alat indera dan pemeliharaannya
2. Menyebutkan bagian-bagian tumbuhan serta fungsinya
3. Menyebutkan sumber-sumber makanan dan penggolongan hewan berdasarkan makanannya
4. Mendiskusikan macam-macam daur hidup pada makhluk hidup.
5. Mendiskusikan hubungan antar makhluk hidup dan lingkungannya. 1. Fungsi Alat Tubuh Manusia
2. Tumbuhan
3. Hewan dan Jenis Makanan,
4. Daur hidup makhluk hidup
5. Makhluk hidup dan lingkungannya. 2X50’ OHP; LCD; Laptop; White board;
Noehi Nasution dan Ketut Budiastra, 1998, Pendidikan IPA di SD; Sri Harmi, Jendela IPA SD 4A; S. Rositawaty dan Aris M, 2008, Senang Belajar IPA, PusatPerbukuan Depdiknas, Buku SAINS SD
Haryanto, Erlangga • Pengamatan unjuk kerja di kelas
• Tes essay
• Portofolio
1. Mengidentifikasikan benda dan sifatnya serta gaya terhadap gerak benda.
2. Mengetahui berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari 1. Mendeskripsikan wujud benda serta perubahannya
2. Mengetahui sifat-sifat bahan serta kegunaannya
3. Menjelaskan pengaruh gaya terhadap gerak benda
4. Memberikan contoh besar gaya dan gaya-gaya yang ada di alam.
5. Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar
6. Menjelaskan energi alternative dan cara penggunaannya
1. Mengklasifikasikan wujud bahan pada benda.
2. Mendiskusikan sifat-sifat bahan dan kegunaannya.
3. Mendiskusikan pengaruh gaya terhadap gerak benda
4. Mengklasifikasikan contoh-contoh besar gaya dan gaya yang ada di alam
5. Mendiskusikan energy panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar.
6. Memberikan contoh energi alternative dan penggunaannya.
1. Benda dan sifatnya
2. Gaya
1. Energi panas dan energi bunyi
2. Energi Alternatif 2X50’ OHP; LCD; Laptop; White board;
Noehi Nasution dan Ketut Budiastra, 1998, Pendidikan IPA di SD; Sri Harmi, Jendela IPA SD 4A; S. Rositawaty dan Aris M, 2008, Senang Belajar IPA, PusatPerbukuan Depdiknas, Buku SAINS SD
Haryanto, Erlangga • Pengamatan unjuk kerja di kelas
• Tes essay
• Portofolio
Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat 1. Menjelaskan hubungan anatar sumber daya alam dengan lingkungan
2. Menjelaskan hubungan anatar sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan
3. Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan 1. Menyebutkan berbagai sumber daya alam dan hasilnya
2. Menggolongkan benda menurut asalnya
3. Mendeskripsikan hasil teknologi yang digunakan manusiayang menggunakan sumber daya alam
4. Menyebutkan dampak pengambilan sda tanpa ada usaha pelestarian lingkungan
1. Sumber daya alam 2X50’ Sri Harmi, Jendela IPA SD 4B; S. Rositawaty dan Aris M, 2008, Senang Belajar IPA, Pusat Perbukuan Depdiknas • Pengamatan unjuk kerja di kelas
• Tes essay
• Portofolio
Mengidentifikasikan fungsi organ tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan hijau 1. Menjelaskan alat pernapasan manusia dan hewan
2. Menjelaskan penyebab terjadinya gangguan pada alat pernapasan manusia,
3. Mengidentifikasi makanan bergizi dan susunan menu seimbang
4. Menjelaskan cara-cara mengolah bahan makanan dengan tetap menjaga nilai gizi
5. Menjelaskan proses tumbuhan hijau membuat makanannya sendiri
6. Menjelaskan manfaat tumbuhan bagi manusia dan hewan sebagai sumber energi
1. Menjelaskan gas yang diisap dan dihembuskan ketika kita bernapas.
2. Mendeskripsikan pernapasan dada dan pernapasan perut
3. Mengidentifikasi penyebab penyakit alat pernapasan
4. Menjelaskan alat pernapasan hewan,
5. Mendiskusikan makanan bergizi
6. Menjelaskan fungsi karbohidrat, lemak, protein, air, mineral, dan vitamin bagi tubuh
7. Menjelaskan proses tumbuhan hijau berfotosintesis dengan bantuan cahaya Matahari.
8. Menjelaskan tempat tumbuhan hijau menyimpan cadangan makanan, Fungsi organ tubuh manusia, hewan dan tumbuhan hijau 2X50’ Sri Harmi, Jendela IPA SD 5; S. Rositawaty dan Aris M, 2008, Senang Belajar IPA, Pusat Perbukuan Depdiknas
Buku SAINS SD
Haryanto
Erlangga Kelas
Menjelaskan bagaimana suatu makhluk hidup menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan 1. Menjelaskan cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungannya
2. Menghubungkan ciri khusus pada tumbuhan dan habitatnya
3. Menjelaskan bentuk penyesuaian diri pada tumbuhan
1. Mendiskusikan cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk mencari makan dan perlindungan diri
2. Mendiskusikan bentuk penyesuaian diri pada hewan untuk melindungi diri dari musuhnya,
3. Menjelaskan bentuk penyesuaian diri pada tumbuhan untuk memperoleh makanan
4. Memberikan contoh-contoh bentuk penyesuaian diri pada tumbuhan untuk melindungi diri dari masuhnya
1. Manusia dan lingkungan 2X50’ Sri Harmi, Jendela IPA SD 5; S. Rositawaty dan Aris M, 2008, Senang Belajar IPA, Pusat Perbukuan Depdiknas
Buku SAINS SD
Haryanto
Erlangga Kelas
Mendeskripsikan
hubungan
antara gaya,
gerak, dan
energi Mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan yang tidak magnetis
Memberi contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari hari
Membandingkan kecepatan jatuh dua benda (yang berbeda berat, bentuk, dan ukuran) dari ketinggian tertentu Menyimpulkan bahwa gaya
Gravitasi menyebabkan benda bergerak ke bawah
Membandingkan gerak benda pada permukaan yang berbeda-beda (kasar, halus)
Menjelaskan berbagai cara
memperkecil atau memperbesar gaya gesekan
Mendeskripsikan pengertian magnet dan benda yang bersifat magnetis serta tidak magnetis
Mendeskripsikan pengertian gaya
magnet
Menyebutkan penggunaan gaya
magnet dalam kehidupan seharihari
Membuat magnet dengan cara gosokan, induksi, dan elektromagnet
Membandingkan kecepatan jatuh
dua benda (yang berbeda berat, bentuk, dan ukuran) dari ketinggian tertentu
Mendeskripsikan pengertian gaya
gravitasi
Menunjukkan bahwa gaya gravitasi
Menyebabkan benda bergerak ke bawah
Membandingkan gerak benda pada
permukaan yang berbeda-beda (kasar, halus)
Menjelaskan berbagai cara memperkecil atau memperbesar gaya gesekan Gaya 2X50’ Sri Harmi, Jendela IPA SD 5; S. Rositawaty dan Aris M, 2008, Senang Belajar IPA, Pusat Perbukuan Depdiknas
Buku SAINS SD
Haryanto
Erlangga Kelas V
Mendeskripsikan
sifat-sifat
cahaya Mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap)
Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung
(cembung atau cekung)
Menunjukkan peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari hari melalui
percobaan Mendeskripsikan pengertian benda
bening, berwarna, dan gelap
Mendemonstrasikan sifat cahaya yang
Mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap)
Mendeskripsikan pengertian cermin
datar, cermin cekung, dan cermin cembung
Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
yang mengenai cermin datar dan
cermin lengkung (cembung atau Cekung
Mendeskripsikan pengertian pembiasan
cahaya Cahaya dan sifat sifatnya 2X50’ Sri Harmi, Jendela IPA SD 5; S. Rositawaty dan Aris M, 2008, Senang Belajar IPA, Pusat Perbukuan Depdiknas
Buku SAINS SD
Haryanto
Erlangga Kelas V
Mendeskripsikan
proses
pembentukan
tanah karena
pelapukan
Menggolongkan batuan berdasarkan warna, kekerasan,
permukaan (kasar dan halus)
2. Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan
3. Mengidentifikasi komposisi dan jenis jenis tanah, misalnya berpasir, tanah liat, dan humus
Menyebutkan macam-macam batuan, antara lain batuan beku, batuan endapan,
dan batuan malihan
Menggolongkan batuan berdasarkan
warna, kekerasan, permukaan (kasar dan halus)
Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan
Mendeskripsikan proses pelapukan fisika, pelapukan kimia, dan pelapukan biologi
Mengidentifikasi komposisi dan jenis-jenis tanah, misalnya berpasir, tanah liat, dan humus
Mendeskripsikan pengertian tanah
berpasir, tanah liat, dan humus Pembentukan tanah 2X50’ Sri Harmi, Jendela IPA SD 5; S. Rositawaty dan Aris M, 2008, Senang Belajar IPA, Pusat Perbukuan Depdiknas
Buku SAINS SD
Haryanto
Erlangga Kelas V
Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan, tumbuhan o Mencari contoh hewan yang memiliki ciri khusus untuk memenuhi kebutuhannya,
o Mendeskripsikan ciri khusus hewan yang ada di sekitarnya,
o Memberi contoh tumbuhan yang mempunyai ciri khusus untuk memenuhi kebutuhannya Mendeskripsikan ciri khusus tumbuhan yang ada di sekitarnya.
o Mengaitkan antara ciri khusus yang dimiliki tumbuhan tersebut dengan lingkungan hidupnya Mempelajari ciri khusus pada hewan dan tumbuhan
Mempelajari rongga udara pada teratai
Mempelajari kantung semar dan venus si pemakan serangga.
Mempelajari bau busuk bunga rafflesia
Mempelajari batang penyimpan air pada kaktus. Ciri-ciri khusus makhluk hidup Ciri ciri khusus beberapa jenis hewan. Ciri ciri khusus beberapa tumbuhan 2X50’ Sri Harmi, Jendela IPA SD 5; S. Rositawaty dan Aris M, 2008, Senang Belajar IPA, Pusat Perbukuan Depdiknas
Buku SAINS SD
Haryanto
Erlangga Kelas V
Mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan dan hewan

Mengidentifikasi cara perkembangbiakan manusia
o Mengidentifikasi berbagai cara hewan berkembang biak.
o Membedakan ciri-ciri antara hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur dan dengan cara melahirkan.
o Mengidentifikasi berbagai cara tumbuhan berkembang biak.
o Menyimpulkan bahwa tumbuhan berkembang biak dengan cara vegetatif dan generatif.
o Mengidentifikasi bagian-bagian bunga dan biji sebagai alat perkembangbiakan tumbuhan.
o Menjelaskan peran penyerbukan
o Mempraktekkan cara membiakkan tumbuhan, misalnya stek dan cangkok.
o Mengidentifikasi berbagai cara manusia berkembang biak.
o Mengetahui cara hewan berkembangbiak
o Memahami dan menyebutkan cara hewan membelah diri dan bertunas
o Memahami dan menyebutkan cara hewan bertelur (ovipar)
o Memahami dan menyebutkan cara hewan berkembangbiak dengan melahirkan (vivipar)
o Memahami dan menyebutkan cara hewan bertelur – melahirkan (ovovivipar)
o Menjelaskan ciri hewan bertelur dan melahirkan
o Perkembanganbiakan tumbuhan dibagi menjadi dua; Vegetatif Generatif
o Menjelaskan dan memberikan contoh perkembangbiakan vegetatif
o Menjelaskan dan memberikan contoh perkembangbiakan vegetatif buatan
o Memahami perkembang biakan dengan stek
o Menjelaskan proses perkembangbiak manusia Perkembangbiakan makhluk hidup (hewan, tumbuhan.) dan perkembangbiakan manusia
2X50’ Sri Harmi, Jendela IPA SD 5; S. Rositawaty dan Aris M, 2008, Senang Belajar IPA, Pusat Perbukuan Depdiknas
Buku SAINS SD
Haryanto
Erlangga Kelas V

Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem)
o Mencari contoh bagian tubuh hewan yang sering dimanfaatkan dan mengarah pada pemusnahan jenis hewan
o Menjelaskan berbagai cara penanggulangannya o Menyebutkan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem.
o Menjelaskan dampak dari kegiatan manusia yang mempengaruhi keseimbangan ekosistem
o Siswa berdiskusi mengenai kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem Keseimbangan ekosistem
2X50’ Sri Harmi, Jendela IPA SD 5; S. Rositawaty dan Aris M, 2008, Senang Belajar IPA, Pusat Perbukuan Depdiknas
Buku SAINS SD
Haryanto
Erlangga Kelas V
Mengidentifikasi jenis hewan dan tumbuhan yangmendekati kepunahan
Mendeskripsikan pentingnya pelestarian jenis makhluk hidup untuk perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam dan kehidupan masyarakat
o Memahami hewan dan tumbuhan yang hampir punah disebut hewan dan tumbuhan langkah
o Menyebutkan hewan yang dilindungi
o Membuat daftar dengan tabel hewan dan tumbuhan yang dilindungi
o Menyebutkan hewan yang dilindungi o Mengumpulkan jenis hewan dan tumbuhan yang mendekati kepunahan

Pelestarian makhluk hidup
A. Hewan dan tumbuhan langkah.
2X50’ Sri Harmi, Jendela IPA SD 5; S. Rositawaty dan Aris M, 2008, Senang Belajar IPA, Pusat Perbukuan Depdiknas
Buku SAINS SD
Haryanto
Erlangga Kelas V
Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda
o Membedakan arti konduktor dan isolator.
o Melakukan percobaan untuk menyelidiki benda yang bersifat sebagai konduktor dan isolator panas
o Menggolongkan benda yang bersifat sebagai konduktor atau isolator panas.
o Memahami sifat-sifat benda yang berhubungan dengan panas yang diterima benda tersebut.
o Membedakan sifat benda konduktor dan isolator panas
o Menyebutkan beberapa benda yang tergolong konduktor
o Menyebutkan beberapa benda yang tergolong isolator
Konduktor dan isolator panas
2X50” Sri Harmi, Jendela IPA SD 5; S. Rositawaty dan Aris M, 2008, Senang Belajar IPA, Pusat Perbukuan Depdiknas
Buku SAINS SD
Haryanto
Erlangga Kelas VI
Menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik
Mengidentifikasi kegunaan energi listrik dan berpartisipasi dalam penghematannya dalam kehidupan sehari-hari

o Mengidentifikasi berbagai sumber energi listrik.
o Menggolongkan benda-benda yang bersifat konduktor dan isolator listrik.
o Menunjukkan berbagai perubahan bentuk energi listrik, misalnya energi listrik menjadi energi gerak, bunyi dan panas.
o Mencari contoh alat rumah tangga yang memanfaatkan perubahan energi listrik.
o Menunjukkan alat- alat rumah tangga yang menggunakan energi listrik.
o Mengidentifikasi kegunaan energi listrik dalam rumah tangga.
o Mempraktikkan cara-cara menghemat energi di rumah atau di sekolah.
o Memberikan alasan-alasan pentingnya menghemat energi, karena sumber energi di bumi jumlahnya terbatas.
o Memahami prinsip kerja sumber energi listrik generator
o Menyebutkan penggerak pembangkit listrik
o Memahami bagian dari baterai, aki
o Memahami prinsip kerja sumber energi Baterai, Aki (akumulator)
o Menjelaskan perubahan energi listrik
o Menyebutkan alat-alat yang menggunakan energi listrik
o Mengelompokan benda yang menggunakan listrik dari PLTN
o Mengelompokan benda yang menggunakan listrik dari baterai
o Menyebutkan alat yang menggunakan listrik sebagai sumber energi
o Memahami cara menjaga keselamatan saat menggunakan listrik
o Menyebutkan bahan bakar selain listrik dan untuk berbagai transportasi
o Memahami bahwa bahan bakar akan habis jika di pergunakan terus menerus
o Memahami proses pembentukkan kembali bahan bakar fosil amat lama
o Berdiskusi tentang hubungan antara dampak hemat energi terhadap polusi dan cara untuk menghemat energi Energi dan Perubahannya Energi listrik
Menerapkan konsep energi gerak
Penggunaan alat listrik
Penggunaan bahan bakar
Hemat energi
2X50’ Sri Harmi, Jendela IPA SD 5; S. Rositawaty dan Aris M, 2008, Senang Belajar IPA, Pusat Perbukuan Depdiknas
Buku SAINS SD
Haryanto
Erlangga Kelas VI

MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK SEBAGAI ALTERNATIVE MENGATASI MASALAH PEMBELAJARAN

MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK
SEBAGAI ALTERNATIVE MENGATASI MASALAH PEMBELAJARAN
Oleh: Dina Gasong
1. Pengantar
Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang begitu pesat pada era globalisasi, membawa perubahan yang sangat radikal. Perubahan itu telah berdampak pada setiap aspek kehidupan, termasuk pada system pendidikan dan pembelajaran. Dampak dari perubahan yang luar biasa itu terbentuknya suatu ‘kumonitas global’, lebih parah lagi karena komunitas global itu ternyata tiba jauh lebih cepat dari yang diperhitungkan: revulusi informasi telah menghadirkan dunia baru yang benar-benar hyper-reality.
Akibat dari perubahan yang begitu cepatnya, manusia tidak bias lagi hanya bergantung pada seperangkat nilai, keyakinan, dan pola aktivitas social yang konstan. Manusia dipaksa secara berkelanjutan untuk menilai kembali posisi sehubungan dengan factor-faktor tersebut dalam rangka membangu sebuah konstruksi social-personal yang memungkin atau yang tampaknya memungkinkan. Jika masyarakat mampu bertahan dalam menghadapi tantangan perubahan di dalam dunia pengetahuan, teknologi, komunikasi serta konstruksi social budaya ini, maka kita hasrus mengembangkan proses-proses baru untuk menghadapi masalah-masalah baru ini. Kita tidak dapat lagi bergantung pada jawaban-jawaban masa lalu karena jawaban-jawaban tersebut begitu cepatnya tidak berlaku seiring dengan perubahan yang terjadi. Pengetahuan, metode-metode, dan keterampilan-keterampilan menjadi suatu hal yang ketinggalan zaman hamper bersamaan dengan saat hal-hal ini memberikan hasilnya. Degeng (1998) menyatakan bahwa kita telah memasuki era kesemrawutan. Era yang datangnya begitu tiba-tiba dan tak seorang pun mampu menolaknya. Kita harus masuk di dalamnya dan diobok-obok. Era kesemrawutan tidak dapat dijawab dengan paradigma keteraturan, kepastian, dan ketertiban. Era kesemrawutan harus dijawab dengan paradigma kesemrawutan. Era kesemrawutan ini dilandasi oleh teori dan konsep konstruktivistik; suatu teori pembelajaran yang kini banyak dianut di kalangan pendidikan di AS. Unsure terpenting dalam konstruktivistik adalah kebebasan dan keberagaman. Kebebasan yang dimaksud ialah kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan pa yang mampu dan mau dilakukan oleh si belajar. Keberagaman yang dimaksud adalah si belajar menyadari bahwa individunya berbeda dengan orang/kelompok lain, dan orang/kelompok lain berbeda dengan individunya.
Alternative pendekatan pembelajaran ini bagi Indonesia yang sedang menempatkan reformasi sebagai wacana kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan hanya di bidang pendidikan, melainkan juga di segala bidang. Selama ini, wacana kita adalah behavioristik yang berorientasi pada penyeragaman yang pada akhirnya membentuk manusia Indonesia yang sangat sulit menghargai perbedaan. Perilaku yang berbeda lebih dilihat sebagai kesalahan yang harus dihukum. Perilaku manusia Indonesia selama ini sudah terjangkit virus kesamaan, virus keteraturan, dan lebih jauh virus inilah yang mengendalikan perilaku kita dalam berbangsa dan bernegara.
Longworth (1999) meringkas fenomenan ini dengan menyatakan: ‘Kita perlu mengubah focus kita dan apa yang perlu dipelajari menjadi bagaimana caranya untuk mempelajari. Perubahan yang harus terjadi adalah perubahan dari isi menjadi proses. Belajar bagaimana cara belajar untuk mempelajari sesuatu menjadi suatu hal yang lebih penting daripada fakta-fakta dan konsep-konsep yang dipelajari itu sendiri’.
Oleh karena itu, pendidikan harus mempersiapkan para individu untuk siap hidup dalam sebuah dunia di mana masalah-masalah muncul jauh lebih cepat daripada jawaban dari masalah tersebut, di mana ketidakpastian dan ambiguitas dari perubahan dapat dihadapi secara terbuka, di mana para individu memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukannya untuk secara berkelanjutan menyesuaikan hubungan mereka dengan sebuah dunia yang terus berubah, dan di mana tiap-tiap dan kita menjadi pemberi arti dari keberadaan kita. Beare & Slaughter (1993) menagaskan, ‘Hal ini tidak hanya berarti teknik-teknik baru dalam pendidikan, tetapi juga tujuan baru. Tujuan pendidikan haruslah unutk mengembangkan suatu masyarakat di mana orang-orang dapat hidup secara lebih nyaman dengan adanya perubahan daripada dengan adanya kepastian. Dalam dunia yang akan datang, kemampuan untuk menghadapi hal-hal baru secara tepat lebih penting daripada kemampuan untuk mengetahui dang mengulangi hal-hal lama.
Kebutuhan akan orientasi baru dalam pendidikan ini terasa begitu kuat dan nyata dalam berbagai bidang studi, baik dalam bidang studi eksakta maupun ilmu-ilmu social. Para pendidik, praktisi pendidikan dan kita semua, mau tidak mau harus merespon perubahan yang terjadi dengan mengubah paradigma pendidikan. Untuk menjawab dan mengatasi perubahan yang terjadi secara terus-menerus, alternative yang dapat digunakan adalah paradigmna konstruktivistik.

2. Hakikat Pembelajaran Behavioristik dan Pembelajaran Konstruktivistik

a. Hakikat Pembelajaran Behavioristik
Thornike, salah seorang penganut paham behavioristik, menyatakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang sisebut stimulus (S) dengan respon ® yang diberikan atas stimulus tersebut. Pernyataan Thorndike ini didasarkan pada hasil eksperimennya di laboratorium yang menggunakan beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing, monyet, dan ayam. Menurutnya, dari berbeagai situasi yang diberikan seekor hewan akan memberikan sejumlah respon, dan tindakan yang dapat terbentuk bergantung pada kekuatan keneksi atau ikatan-ikatan antara situasi dan respon tertentu. Kemudian ia menyimpulkan bahwa semua tingkah laku manusia baik pikiran maupun tindakan dapat dianalisis dalam bagian-bagian dari dua struktur yang sederhana, yaitu stimulus dan respon. Dengan demikian, menurut pandangan ini dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara stimulus dan respon. Oleh karena itu, menurut Hudojo (1990:14) teori Thondike ini disebut teori asosiasi.
Selanjutnya, Thorndike (dalam Orton, 1991:39-40; Resnick, 1981:13) mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hokum-hukum berikut: (1) Hukum latihan (law of exercise), yaitu apabila asosiasi antara stimulus dan respon serting terjadi, maka asosiasi itu akan terbentuk semakin kuat. Interpretasi dari hokum ini adalah semakin sering suatu pengetahuan – yang telah terbentuk akibat tejadinya asosiasi antara stimulus dan respon – dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat; (2) Hukum akibat (law of effect), yaitu apabila asosiasi yang terbentuk antara stimulus dan respon diikuti oleh suatu kepuasan maka asosiasi akan semakin meningkat. Hal ini berarti (idealnya), jika suatu respon yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu stimulus adalah benar dan ia mengetahuinya, maka kepuasan akan tercapai dan asosiasi akan diperkuat.
Penganut paham psikologi behavior yang lain yaitu Skinner, berpendapat hamper senada dengan hokum akibat dari Thorndike. Ia mengemukakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus – respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negative. Penguatan positif sebagai stimulus, apabila representasinya mengiringi suatu tingkah laku yang cenderung dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu. Sedangkan penguatan negative adalah stimulus yang dihilangkan/dihapuskan karena cenderung menguatkan tingkah laku (Bell, 1981:151).
b. Hakikat pembelajaran Konstruktivisme
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada pebelajar.
Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu: (1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajran dalam konteks pengalaman social, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman (Pranata, http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/.).
Hakikat pembelajaran konstruktivistik oleh Brooks & Brooks dalam Degeng mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si belajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergentung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya.

3. Aspek-aspek Pembelajaran Konstruktivistik
Fornot mengemukakan aaspek-aspek konstruktivitik sebagai berikut: adaptasi (adaptation), konsep pada lingkungan (the concept of envieronmet), dan pembentukan makna (the construction of meaning). Dari ketiga aspek tersebut oleh J. Piaget bermakna yaitu adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru perngertian orang itu berkembang.
Akomodasi, dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bias jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidaksetimbangan (disequilibrium). Akibat ketidaksetimbangan itu maka tercapailah akomodasi dan struktur kognitif yang ada yang akan mengalami atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidaksetimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi bila terjadi kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
Tingkatan pengetahuan atau pengetahuan berjenjang ini oleh Vygotskian disebutnya sebagai scaffolding. Scaffolding, berarti membrikan kepada seorang individu sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan pembelajar dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upayanya memecahkan permasalahan, yaitu (1) siswa mencapai keberhasilan dengan baik, (2) siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan, (3) siswa gagal meraih keberhasilan. Scaffolding, berarti upaya pembelajar untuk membimbing siswa dalam upayanya mencapai keberhasilan. Dorongan guru sangat dibutuhkan agar pencapaian siswa ke jenjang yang lebih tinggi menjadi optimum.
Konstruktivisme Vygotskian memandang bahwa pengetahuan dikonstruksi secara kolaboratif antar individual dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh setiap individu. Proses dalam kognisi diarahkan memalui adaptasi intelektual dalam konteks social budaya. Proses penyesuaian itu equivalent dengan pengkonstruksian pengetahuan secara intra individual yakni melalui proses regulasi diri internal. Dalam hubungan ini, para konstruktivis Vygotskian lebih menekankan pada penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual.
Dua prinsip penting yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah: (1), mengenai fungsi dan pentingnya bahasa dalam komunikasi social yang dimulai proses pencanderaan terhadap tanda (sign) sampai kepada tukar menukar informasi dan pengetahuan, (2) zona of proximal development. Pembelajar sebagai mediator memiliki peran mendorong dan menjembatani siswa dalam upayanya membangun pengetahuan, pengertian dan kompetensi.
Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat pembelajaran sosiakultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan social pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, funsi kognitif manusia berasal dari interaksi social masing-masing individu dalam konteks budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zona of proximal development mereka. Zona of proximal development adalah daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Pengetahuan berjenjang tersebut seperti pada sekema berikut.















Pengetahuan dan pengertian dikonstruksi bila seseorang terlibat secara social dalam dialog dan aktif dalam percobaan-percobaan dan pengalaman. Pembentukan makna adalah dialog antar pribadi.dalam hal ini pebelajar tidak hanya memerlukan akses pengalaman fisik tetapi juga interaksi dengan pengalaman yang dimiliki oleh individu lain. Pembelajaran yang sifatnya kooperatif (cooperative learning) ini muncul ketika siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar yang diinginka oleh siswa. Pengelolaan kelas menurut cooperative learning bertujuan membantu siswa untuk mengembangkan niat dan kiat bekerja sama dan berinteraksi dengna siswa yang lain. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas yaitu: pengelompokan, semangar kooperatif dan penataan kelas. (Pranata, http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/.
Pengetahuan berjenjang tersebut dapat digambarkan seperti pada skema berikut:
Secara singkat teori Peaget dan Vygotsky dapat dikemukakan dalam table berikut ini.
Tabel 1 Piagetian and Vygotskyan Constructivism
Piagetian Constructivism Vygotsky Constructivism
Concept constructivism focus on individual cognitive development through co-constructed learning environments with national, decontextualized thinking as the goal of development Vygotsky, in order to understand human development, a multilevel analysis using all four levels of history must be employed: sosiocultural constructivism,
Subject of Study Focus on the development of autonomous cognitive forms within the individual, culminating in rational thought that is decentered from the individual. argued that individual development cannot be understood without reference to the interpersonal and institutional surround which situates the child
Develop-ment of cognitive forms the structure of the mind is the source of our understanding of the world.
the construction of knowledge occurs through interaction in the social world. Thus for Vygotsky the development of cognitive forms occurs by means of the dialectical relationship between the individual and the social context

Pembelajaran konstruktivistik dan pembelajaran behavioristik yang dikemukakan oleh Degeng dapat dilihat pada table-tabel berikut.
Table 2
Pandangan Konstruktivistik dan behavioristik tentang belajar dan pembelajaran.

Konstruktivistik Behavioristik
Pengtahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah dan tidak menentu. Pengetahuan adalah objektif, pasti, dan tetap , tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi.
Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar adalah menata lingkungan agar si belajar termotivasi dalam menggali makna seta menghargai ketidakmenentuan. Belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar.
Si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya. Si belajar akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar itulah yang harus dipahami oleh si belajar.
Mind berfungsi sebagai alat untuk menginterpretasi peristiwa, objek, atau perspektif yang ada dalam dunia nyata sehingga makna yang dihasilkan bersifat unik dan individualistic. Fungsi mind adalah menjiplak struktur pengetahuan melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan.

Table 3
Pandangan Konstruktivistik dan Behavioristik tentang
Penataan Lingkungan Belajar



Konstruktivistik Behavioristik
Ketidakteraturan, ketidakpastian, kesemrawutan, Keteraturan, kepastian, ketertiban
Si belajar harus bebas. Kebebasan menjadi unsure yang esensial dalam lingkungna belajar. Si belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dahulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial. Pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.
Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat sebagai interpretasi yang berbeda yang perlu dihargai. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.
Kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Si belajar adalah subjek yang harus memapu menggunakan kebebasan untuk melakukan pengaturan diri dalam belajar. Ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Si belajar adalah objek yang harus berperilaku sesuai dengan aturan.
Control belajar dipegang oleh si belajar. Control belajar dipegang oleh system yang berada di luar diri si belajar.

Table 4 Pandangan Konstruktivistik dan behavioristik tentang Tujuan Pembelajaran
Konstruktivistik Behavioristik
Tujuan pembelajaran ditekankan pada belajar bagaimana belajar (learn how to learn) Tujuan belajar ditekankan pada penambahan pengetahuan.

Tabe 5 pandangan Konstruktivistik dan behavioristik tentang strategi pembelajaran
Konstruktivistik Behavioristik
Penyejian isi menekankan pada penggunaan pengetahuan secara bermakna mengikuti urutan dari keseluruhan-ke-bagian.

Pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk meladeni pertanyaan atau pandangan si belajar.

Aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada data primer dan bahan manipulatif dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis.

Pembelajaran menekankan pada proses. Penyajian isi menekankan pada keterampilan yang terisolasi dan akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian-ke-keseluruhan.

Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat.


Aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks dengan penekanan pada keterampilan mengungkapkan kembali isi buku teks.

Pembelajaran menekankan pada hasil

Tabe 6 Pandangan Konstruktivistik dan Behavioristik tentang evaluasi

Konstruktivistik Behavioristik
Evaluasi menekankan pada penyusunan makna secara aktif yang melibatkan keterampilan terintegrasi, dengan menggunakan masalah dalam konsteks nyata.

Evaluasi yang menggali munculnya berpikir divergent, pemecahan ganda, bukan hanya satu jawaban benar

Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar dengan cara memberikan tugas-tugas yang menuntut aktivitas belajar yang bermkana serta menerapkan apa yang dipelajari dalam konteks nyata. evaluasi menekankan pad aketerampilan proses dalam kelompok. Evaluasi menekankan pada respon pasif, keterampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan ‘paper and pencil test’



Evaluasi yang menuntu satu jawaban benar. Jawaban benar menunjukkan bahwa si-belajar telah menyelesaikan tugas belajar.

Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasnaya dilakukan setelah kegiatan belajar dengan penekanan pada evaluasi individual.


4. Rancangan Pembelajaran Konstruktivistik
Berdasarkan teori J. Peaget dan Vygotsky yang telah dikemukakan di atas maka pembelajaran dapat dirancang/didesain model pembelajaran konstruktivis di kelas sebagai berikut:
Pertama, identifikasi prior knowledge dan miskonsepsi. Identifikasi awal terhadap gagasan intuitif yang mereka miliki terhadap lingkungannya dijaring untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan akan munculnya miskonsepsi yang menghinggapi struktur kognitif siswa. Identifikasi ini dilakukan dengan tes awal, interview
Kedua, penyusunan program pembelajaran. Program pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan pelajaran.
Ketiga orientasi dan elicitasi, situasi pembelajaran yang kondusif dan mengasyikkan sangatlah perlu diciptakan pada awal-awal pembelajaran untuk membangkitkan minat mereka terhadap topic yang akan dibahas. Siswa dituntun agar mereka mau mengemukakan gagasan intuitifnya sebanyak mungkin tentang gejala-gejala fisika yang mereka amati dalam lingkungan hidupnya sehari-hari. Oengungkapan gagasan tersebut dapat memalui diskusi, menulis, ilustrasi gambar dan sebagainya. Gagasan-gagasan tersebut kemudian dipertimbangkan bersama. Suasana pembelajaran dibuat santai dan tidak menakutkan agar siswa tidak khawatir dicemooh dan ditertawakan bila gagasan-gagasannya salah. Guru harus menahan diri untuk tidak menghakiminya. Kebenaran akan gagasan siswa akan terjawab dan terungkap dengan sendirinya melalui penalarannya dalam tahap konflik kognitif.
Keempat, refleksi. Dalam tahap ini, berbagai macam gagasan-gagasan yang bersifat miskonsepsi yang muncul pada tahap orientasi dan elicitasi direflesikan dengan miskonsepsi yang telah dijaring pada tahap awal. Miskonsepsi ini diklasifikasi berdasarkan tingkat kesalahan dan kekonsistenannya untuk memudahkan merestrukturisasikannya.
Kelima, resrtukturisasi ide, (a) tantangan, siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala-gejala yang kemudian dapat diperagakan atau diselidiki dalam praktikum. Mereka diminta untuk meramalkan hasil percobaan dan memberikan alas an untuk mendukung ramalannya itu. (b) konflik kognitif dan diskusi kelas. Siswa akan daapt melihat sendiri apakah ramalan mereka benar atau salah. Mereka didorong untuk menguji keyakinan dengan melakukan percobaan. Bila ramalan mereka meleset, mereka akan mengalami konflik kognitif dan mulai tidak puas dengan gagasan mereka. Kemudian mereka didorong untuk memikirkan penjelasan paling sederhana yang dapat menerangkan sebanyak mungkin gejala yang telah mereka lihat. Usaha untuk mencari penjelasan ini dilakukan dengan proses konfrontasi melalui diskusi dengan teman atau guru yang pada kapasistasnya sebagai fasilitator dan mediator. (c) membangun ulang kerangka konseptual. Siswa dituntun untuk menemukan sendiri bahwa konsep-konsep yang baru itu memiliki konsistensi internal. Menunjukkan bahwa konsep ilmiah yang baru itu memiliki keunggulan dari gagasan yang lama.
Keenam, aplikasi. Menyakinkan siswa akan manfaat untuk beralih konsepsi dari miskonsepsi menuju konsepsi ilmiah. Menganjurkan mereka untuk menerapkan konsep ilmiahnya tersebut dalam berbagai macam situasi untuk memecahkan masalah yang instruktif dan kemudia menguji penyelesaian secara empiris. Mereka akan mampu membandingkan secara eksplisit miskonsepsi mereka dengan penjelasa secara keilmuan.
Ketujuh, review dilakukan untuk meninjau keberhasilan strategi pembelajaran yang telah berlangsung dalam upaya mereduksi miskonsepsi yang muncul pada awal pembelajaran. Revisi terhadap strategi pembelajaran dilakukan bila miskonsepsi yang muncul kembali bersifat sangar resisten. Hal ini penting dilakukan agar miskonsepsi yang resisten tersebut tidak selamanya menghinggapi struktur kognitif, yang pada akhirnya akan bermuara pada kesulitan belajar dan rendahnya prestasi siswa bersangkutan.

5. Penutup
Berdasarkan uraian di atas maka untuk mengatasi beraneka ragam persoalan dalam pembelajaran yang semakin rumit, maka pembelajaran behavioristik yang selama ini telah digunakan selama bertahun-tahun, tampaknya tidak mampu lagi menjawab semua persoalan pembelajaran, maka perlu mencari alternatif pembelajaran yang lebih mampu mengatasi semua persoalan pembelajaran yang ada, salah satunya adalah pendekatan konstruktivistik yang telah diuraikan. Pendekatan ini menghargai perbedaan, menghargai keunikan invidu, menghargai keberagaman dalam menerima dan memaknai pengetahuan.
Alkitab seringkali menyebutkan berbagai cara Tuhan Yesus mengajar, ada khotbah di bukit, berdialog dengan para ahli taurat di dalam bait Allah pada usia 12 tahun, berjalan bersama dua orang murid ke Emaus, pada peristiwa perempuan yang melacurkan diri dan banyak lagi, semua itu merupakan pembelajaran yang merupakan perwujudan dari pembelajaran konstruktivistik. Pembelajaran yang membuat pebelajarnya membangun maknanya sendiri, bukan mentranfer makna/pengetahuan.

(Dina Gasong, Mahasiswa Teknologi Pendidikan, PPs UNJ)